Profil Desa Wanurejo

Ketahui informasi secara rinci Desa Wanurejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Wanurejo

Tentang Kami

Profil Desa Wanurejo Borobudur, desa penyangga utama Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Menilik potensi pariwisata, ekonomi kreatif, UMKM, Balkondes, dan data demografi terbaru di gerbang Candi Borobudur, Magelang.

  • Pusat Ekonomi Kreatif

    Desa ini merupakan sentra bagi puluhan UMKM yang menghasilkan produk kerajinan tangan khas seperti gerabah, batik, dan kuliner yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.

  • Gerbang Strategis Pariwisata

    Lokasinya yang berbatasan langsung dengan kompleks Candi Borobudur menjadikan Wanurejo sebagai pintu gerbang utama dan etalase bagi wisatawan yang berkunjung ke salah satu warisan dunia UNESCO tersebut.

  • Model Desa Wisata Terintegrasi

    Melalui keberadaan Balai Ekonomi Desa (Balkondes), Wanurejo berhasil mengintegrasikan potensi akomodasi, atraksi wisata, dan pemberdayaan masyarakat dalam satu ekosistem pariwisata yang solid.

XM Broker

Terletak di lingkar terdepan salah satu Warisan Budaya Dunia UNESCO, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah menjelma menjadi etalase utama dan penopang vital bagi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur. Desa ini bukan sekadar wilayah administratif yang berbatasan langsung dengan Candi Borobudur, melainkan sebuah ekosistem pariwisata yang hidup, di mana denyut nadi ekonomi kreatif masyarakatnya berpadu harmonis dengan kemegahan warisan leluhur. Dengan posisinya yang strategis, Wanurejo memainkan peran krusial dalam memberikan pengalaman otentik bagi jutaan wisatawan sembari menggerakkan roda perekonomian lokal.

Sejarah dan Posisi Geografis Strategis

Sejarah Desa Wanurejo tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Candi Borobudur itu sendiri. Banyak cerita tutur yang berkembang di masyarakat meyakini bahwa leluhur warga desa merupakan bagian dari para pekerja dan seniman yang terlibat dalam pembangunan candi megah tersebut pada masa Dinasti Syailendra. Nama "Wanurejo" sendiri berasal dari dua kata, yakni "Wanu" atau "Wana" yang berarti hutan dan "Rejo" yang berarti makmur atau ramai. Nama ini mencerminkan transformasi wilayah yang dulunya mungkin berupa hutan menjadi sebuah permukiman yang makmur dan ramai berkat kedekatannya dengan pusat peradaban masa itu.Secara geografis, letak Desa Wanurejo sangat istimewa. Wilayahnya berada di sisi timur dan selatan zona satu Taman Wisata Candi Borobudur, menjadikannya pintu masuk utama bagi sebagian besar pengunjung. Luas wilayah Desa Wanurejo tercatat sekitar 2,7 kilometer persegi, menjadikannya salah satu desa dengan cakupan area yang efisien namun padat aktivitas.Batas-batas wilayah administratif desa ini sebagai berikut:

  • Berbatasan dengan Desa Borobudur dan Desa Tuksongo.

  • Berbatasan dengan Desa Karanganyar dan Desa Giritengah.

  • Berbatasan dengan Desa Bumiharjo.

  • Sebelah Barat: Berbatasan langsung dengan kompleks Taman Wisata Candi Borobudur dan Desa Borobudur.

Lokasi yang sangat dekat dengan ikon pariwisata dunia ini memberikan keuntungan sekaligus tantangan bagi pemerintah dan masyarakat desa untuk menata diri sebagai garda terdepan pariwisata yang berkualitas.

Potret Demografi dan Dinamika Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan terakhir, jumlah penduduk Desa Wanurejo berkisar di angka 6.000 hingga 7.000 jiwa. Dengan luas wilayah yang relatif tidak besar, tingkat kepadatan penduduk di desa ini tergolong tinggi, mencapai lebih dari 2.500 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini merefleksikan dinamika sosial dan ekonomi yang tinggi, di mana sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk permukiman dan kegiatan usaha.Struktur mata pencaharian penduduknya menunjukkan ketergantungan yang kuat pada sektor pariwisata. Sebagian besar warga bekerja sebagai pelaku usaha di bidang jasa pariwisata, seperti pengelola homestay dan penginapan, pemandu wisata, pedagang suvenir, serta penyedia jasa transportasi. Selain itu, sektor ekonomi kreatif juga menjadi tulang punggung utama. Banyak penduduk yang berprofesi sebagai perajin gerabah, pembatik, pengukir kayu, dan produsen kuliner olahan khas daerah. Sektor pertanian, meskipun skalanya tidak sebesar desa-desa agraris lain di Magelang, masih tetap eksis dan berfokus pada tanaman pangan untuk konsumsi lokal dan pasokan bagi industri kuliner di sekitar Borobudur.Dinamika ini menunjukkan transisi ekonomi yang signifikan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat berbasis jasa dan industri kreatif, sebuah perubahan yang didorong langsung oleh pesatnya perkembangan pariwisata Borobudur selama beberapa dekade terakhir.

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sebagai Motor Penggerak

Status Wanurejo sebagai Desa Wisata bukan sebatas label, melainkan sebuah realitas ekonomi yang menghidupi ribuan warganya. Potensi desa ini dikelola secara terintegrasi, menjadikan setiap sudutnya sebagai bagian dari atraksi yang ditawarkan kepada wisatawan. Salah satu pilar utama pengembangan pariwisata di desa ini yaitu keberadaan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Wanurejo. Didukung oleh BUMN, Balkondes ini berfungsi sebagai pusat informasi, galeri UMKM, ruang pertemuan, restoran, hingga penginapan berkonsep unik yang menarik minat wisatawan untuk tinggal lebih lama.Menurut salah satu pengelola Balkondes Wanurejo, fasilitas ini dirancang untuk menjadi `jendela` bagi potensi desa. "Balkondes bukan hanya tempat menginap, tetapi sebuah hub di mana wisatawan bisa melihat, merasakan, dan membeli langsung produk-produk unggulan dari masyarakat Wanurejo. Ini memotong rantai distribusi dan memberikan keuntungan maksimal bagi perajin lokal," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan media lokal.Selain Balkondes, kekuatan utama Wanurejo terletak pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang tersebar di berbagai dusun. Beberapa klaster industri kreatif yang menonjol antara lain:

  • Kerajinan Gerabah: Perajin gerabah di Wanurejo menghasilkan berbagai produk, mulai dari suvenir miniatur stupa hingga peralatan rumah tangga dengan sentuhan artistik. Wisatawan bahkan dapat mengikuti lokakarya singkat untuk belajar membuat gerabah secara langsung.

  • Batik Borobudur: Beberapa sanggar batik di desa ini mengembangkan motif-motif khas yang terinspirasi dari relief Candi Borobudur, menciptakan produk fashion yang unik dan sarat akan nilai budaya.

  • Kuliner Lokal: Industri kuliner rumahan berkembang pesat, menawarkan makanan khas seperti mangut beong, slondok, dan aneka jajanan pasar yang dijajakan di pusat oleh-oleh maupun disajikan di homestay dan rumah makan.

Keberadaan atraksi wisata populer lain di sekitar desa, seperti Svargabumi yang menawarkan pemandangan sawah ikonik dengan latar Candi Borobudur, serta kedekatan dengan Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam, semakin memperkuat posisi Wanurejo sebagai basis akomodasi yang ideal bagi para pelancong.

Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Infrastruktur

Pemerintah Desa Wanurejo memegang peranan vital dalam mengorkestrasi pembangunan yang selaras dengan kebutuhan pariwisata. Di bawah kepemimpinan kepala desa dan perangkatnya, berbagai program pembangunan difokuskan pada peningkatan kualitas infrastruktur penunjang pariwisata. Perbaikan jalan desa, pembangunan drainase, serta penataan lingkungan menjadi prioritas untuk memastikan kenyamanan dan keamanan wisatawan.Kolaborasi antara pemerintah desa, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), pelaku UMKM, dan pemangku kepentingan seperti Badan Otorita Borobudur (BOB) dan pengelola Taman Wisata Candi Borobudur menjadi kunci keberhasilan. "Sinergi merupakan kunci. Kami tidak bisa berjalan sendiri. Pemerintah desa secara rutin berdialog dengan masyarakat dan pihak eksternal untuk menyelaraskan visi pembangunan Wanurejo sebagai desa penyangga pariwisata yang berkelanjutan," ungkap Kepala Desa Wanurejo dalam sebuah kesempatan.Pemerintah desa juga aktif mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan, mulai dari manajemen homestay, pemasaran digital, hingga bahasa asing. Tujuannya ialah agar masyarakat tidak hanya menjadi objek, tetapi juga subjek yang aktif dan kompeten dalam industri pariwisata global yang kompetitif. Akses internet yang semakin merata di wilayah desa juga membuka peluang bagi para pelaku usaha untuk memasarkan produk dan jasa mereka secara lebih luas melalui platform daring.

Tantangan, Prospek, dan Visi Masa Depan

Di balik kesuksesannya, Desa Wanurejo menghadapi sejumlah tantangan yang perlu dikelola dengan bijaksana. Ketergantungan yang sangat tinggi pada sektor pariwisata membuat ekonomi desa rentan terhadap guncangan eksternal, seperti yang terjadi selama pandemi global beberapa waktu lalu. Isu pengelolaan sampah, terutama akibat lonjakan jumlah wisatawan, juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara komprehensif untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.Tantangan lainnya yaitu menjaga otentisitas budaya lokal di tengah derasnya arus modernisasi dan komersialisasi. Upaya pelestarian kesenian tradisional, tradisi gotong royong, dan kearifan lokal perlu terus digalakkan agar Wanurejo tidak kehilangan jiwanya sebagai sebuah desa.Namun prospek masa depan Desa Wanurejo terbentang cerah. Status Borobudur sebagai salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas di Indonesia menjanjikan aliran investasi dan perhatian pemerintah yang lebih besar untuk pembangunan kawasan sekitarnya. Peluang untuk mengembangkan produk wisata baru, seperti paket wisata edukasi, tur sepeda menyusuri pedesaan, dan wisata gastronomi, masih sangat terbuka lebar. Pemanfaatan teknologi digital untuk sistem reservasi terpadu, promosi, dan manajemen data wisatawan dapat semakin meningkatkan profesionalisme pengelolaan desa wisata ini.Visi ke depan yaitu menjadikan Wanurejo tidak hanya sebagai tempat singgah, tetapi sebagai destinasi yang menawarkan pengalaman mendalam tentang kehidupan masyarakat di sekitar Candi Borobudur. Sebuah desa di mana wisatawan dapat belajar, berinteraksi, dan berkontribusi pada ekonomi lokal secara berkelanjutan.

Penutup: Simbiosis Harmonis Warisan Dunia dan Masyarakat

Desa Wanurejo merupakan contoh nyata dari sebuah simbiosis yang harmonis antara kemegahan sebuah warisan dunia dan dinamika kehidupan masyarakat lokal. Keberadaannya membuktikan bahwa pelestarian cagar budaya dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Melalui perpaduan antara kearifan lokal, semangat kewirausahaan, dan dukungan tata kelola yang baik, Wanurejo telah memantapkan posisinya sebagai denyut nadi yang esensial, yang menjaga Candi Borobudur tetap hidup, tidak hanya sebagai monumen batu, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan kehidupan bagi ribuan orang di sekelilingnya.